Innalillahi… Sisi kanan bangunan masjid AMBRUK di depan mata kami!
Di balik pesona Labuan Bajo yang mendunia dan megahnya Kawasan Ekonomi Eksklusif Golo Mori, terselip sebuah ironi yang menyayat hati. Hanya beberapa langkah dari surga pariwisata itu, ada sebuah kampung nelayan yang terlupakan, Kampung Lenteng. Di sinilah perjuangan 150 jiwa dari 30 Kepala Keluarga (KK) bertumpu pada tempat ibadah satu-satunya mereka, Masjid Nur Iman, sebuah rumah ibadah yang kini berdiri di ambang keruntuhan.
Dibangun dengan semangat gotong royong dan swadaya pada tahun 2013, kondisi masjid hari ini sungguh mengkhawatirkan. Ini bukan lagi sekadar bangunan yang tidak nyaman, tetapi telah menjadi ancaman nyata yang bisa membahayakan nyawa jamaahnya. Atap dan dindingnya sudah beberapa kali ambruk, lantainya terlepas, dan tiang-tiang sudah terkikis usia serta air garam. Setiap sujud jama’ah di dalamnya kini diiringi rasa was-was, khawatir atap masjid akan runtuh menimpa kepala.
Kerapuhan ini berawal dari keterbatasan dan semangat warga yang ingin miliki masjid. Dua belas tahun lalu, warga membangunnya dengan dana dan ilmu seadanya, menggunakan pasir laut yang korosif dan sebagian fondasi dari bambu tanpa tulangan besi. Berada persis di bibir pantai, abrasi laut perlahan menggerogoti kekuatannya. Pukulan telak datang tiga tahun terakhir.
Proyek pembangunan jalan untuk kawasan elit di sekitarnya meninggalkan masalah: urugan tanah sisa proyek ditimbun di sekitar kampung, membuat tanah menjadi lebih tinggi. Akibatnya fatal, posisi masjid kini menjadi lebih rendah, air dan lumpur membanjiri masjid setiap kali hujan deras atau air laut pasang, mempercepat kehancuran strukturnya dengan rendaman lumpur bercampur garam korosi.
Padahal, di tengah kerapuhannya, masjid ini adalah jantung kehidupan masyarakat. Di sinilah 150 jiwa menunaikan sholat berjamaah, para nelayan dan warga dari pulau seberang singgah untuk beribadah, dan anak-anak Kampung Lenteng belajar mengaji. Jika masjid ini runtuh, maka gelap sudah cahaya islam di Kampung Lenteng.
Betapa nyatanya ancaman itu, tim Muslim Seasia: Yasin Ilyas saksikan dengan mata kepala sendiri.
"Innalillahi... Saat kami sedang meninjau kondisi tiang bambu yang keropos tidak lama setelah kami melihatnya dan berpindah posisi, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang keras. Sisi kanan bangunan masjid AMBRUK di depan mata kami."
Subhanallah, hanya dengan kuasa Allah, tim dan jamaah yang berada di dekatnya terselamatkan. Kejadian ini adalah peringatan terakhir bahwa bahaya itu nyata dan bisa terjadi kapan saja.
Warga Kampung Nelayan Lenteng terdiam, mereka tak berdaya melihat satu-persatu banguann masjid runtuh. Sebagai nelayan dengan penghasilan yang hanya cukup untuk makan sehari-hari, impian membangun ulang masjid senilai ratusan juta rupiah adalah hal yang sangat berat dalam waktu dekat, mereka hanya bisa kumpul 50-100 perbulan untuk sedikit merenovasi.
Sahabat Muslim, suara gemuruh keruntuhan itu adalah panggilan untuk kita semua. Jangan biarkan saudara kita di Kampung Lenteng kehilangan masjid mereka. Jangan sampai ketakutan membuat mereka enggan lagi memakmurkan rumah Allah. Mari, bersama-sama kita gotong royong kuatkan tangan kita, hadirkan kembali masjid yang kokoh, aman, dan layak untuk mereka. Mari Wujudkan Impian Muslim Lenteng untuk Miliki Masjid yang Layak.
Klik "DONASI SEKARANG" dan jadilah bagian dari jawaban atas doa-doa mereka.