Di Uganda sana ada masjid, tapi bukan masjid biasa.
Di Uganda sendiri jumlah umat muslim hanya 11,5% dari total penduduk. Dan keberadaan masjid sendiri masih jarang ditemukan. Kalaupun ada kebanyakan kondisinya hanya terbuat dari kayu-kayu, berdindingkan daun-daun kering dan beralaskan terpal atau bahkan tanah liat.
Salah satunya di Desa Omukurai, Kanyamudamu Distric, Uganda. Terlihat sebuah bangunan yang tak permanen. Terbuat dari batang pohon yang disusun sedemikian rupa. Bahkan tak berpondasi dan beratap terpal bolong. Warga setempat menyebut bangunan ini adalah sebuah Masjid Syarif.


"Masjid ini digunakan untuk sholat 5 waktu, sholat jum'at dan juga sholat tarawih, namun ketika hujan turun warga berhamburan pergi berteduh" -Imam Masjid Syarif Omukurai

Saudara muslim kita di Uganda, Afrika tetap semangat beribadah meski masjid mereka seadanya. Mereka begitu bahagia dan antusias dengan masjid sederhana mereka, meski ketika hujan datang mereka harus berlarian.
Sahabat, terdapat 4 distrik di Uganda yang menjadi perhatian Tim Relawan dan mitra di sana.
Mari konversikan sebagian rezeki kita menjadi amalan dengan pahala yang mengalir selamanya di bulan suci Ramadhan ini.
Patungan Rp 100.000, Insya Allah kamu bisa menabung pahala amal jariyah melalui bersedekah untuk pembangunan masjid di Uganda, Afrika.
Klik "DONASI SEKARANG" dan dapatkan investasi akhirat terbaik!
*Donasi yang terkumpul akan disalurkan untuk bantuan pembangunan Masjid di Afrika dan di Negara atau Daerah minoritas lainnya.
Sebelumnya, warga hanya bisa beribadah di masjid yang sangat sederhana beratapkan seng seadanya, bertiang kayu, dan berlantaikan tanah. Kondisi ini membuat jamaah harus berdesakan, basah ketika hujan, dan kepanasan saat terik matahari menyengat.






Kami dan seluruh warga Desa Orikosio selalu mendoakan para sahabat Muslim yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk membangun masjid ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan pahala berlipat, rezeki yang melimpah, keberkahan hidup, dan kesehatan yang terus terjaga.
Sebelumnya, warga hanya bisa melaksanakan sholat lima waktu dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Mereka sholat berjamaah di masjid sederhana yang dibangun dari daun pisang, berdesak-desakan di tempat ibadah yang sempit dan rapuh. Bukan karena mereka tak ingin membangun, tetapi karena keterbatasan ekonomi, kondisi alam, dan akses wilayah yang sangat terpencil. Meski begitu, cahaya Islam tetap mereka jaga di tengah keterbatasan, di pelosok pedalaman Afrika.
Perjalanan menuju desa ini pun bukan hal mudah. Para relawan dari Indonesia harus menempuh rute yang jauh dan berat, menembus pedalaman Afrika yang jauh dari peradaban. Rumah-rumah adat yang sederhana serta panorama alam berbukit batu raksasa menjadi saksi bisu perjuangan ini.

Alhamdulillah, berkat kepedulian dan donasi dari masyarakat Indonesia, hari ini menjadi momen paling membahagiakan bagi Muslim di Orikosio. Mereka kini dapat melaksanakan sholat lima waktu, mengaji, serta belajar Islam di masjid yang layak dan nyaman.
Para tetua adat menyampaikan rasa terima kasih yang begitu dalam kepada masyarakat Indonesia:
Kami dan seluruh warga Desa Orikosio selalu mendoakan para sahabat Muslim yang telah menyisihkan sebagian rezekinya untuk membangun masjid ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan pahala berlipat, rezeki yang melimpah, keberkahan hidup, dan kesehatan yang terus terjaga.